author : Ncen
Rating : PG-15
Main Cast :
- Kim Heechul
- Choi Siwon
- Kim Ryeowook
- Park Riepo
- Etc.
Disclaimer:
FF ini adalah imajinasiku dan hanya fiktif belaka.
@TrisnaRamad <= that's my twitter's acc. kalo ada yg mau komplen
silahkan kunjungi ^^
****
Semua kenangan itu membelenggu
jiwa..
Satu persatu merenggut asa...
Haruskah aku bertahan??...
Mataku sibuk dengan layar komputer, jari-jari
panjangku menari lincah diatas meja membuat suara ketukan berirama. Deadline
ini harus selesai besok, tapi aku hanya menatap layar komputer berjam-jam tanpa mengedit tulisan yang ada di depanku.
Sebagai editor yang lihai tidak biasanya aku seperti ini. Aku menggigit kuku
ibu jari dan mencoba untuk fokus. Tapi lagi-lagi pikiranku teralihkan.
“kau tau oppa? Aku sempat
berfikir tentang kematian. Apakah kita akan hidup kembali untuk menebus sebuah
kesalahan jika mati nantinya?”
Arrrgghhh sialan!! Aku menghentakan badan pada
senderan kursi dengan kasar. Pikiranku masih tertuju pada perempuan yang selalu
ada dalam benakku. Aku segera membuka laci meja dan mengobrak-abrik isinya. Aku
menemukan sebuah foto berukuran 3x4 cm. Foto seorang perempuan berambut coklat
panjang. Cantik, bersahaja. Aahhh betapa aku sangat merindukan dia. Perempuan
yang dulu selalu ada disisiku, perempuan yang dulu selalu di anganku, perempuan
yang selalu melukiskan banyak kenangan indah tak terlupakan di benakku. Namun
sekarang dia telah meninggalkan semua kenangan itu.
Aku menatap foto itu nanar “Song Jihyo, mungkinkah kau
akan kembali?”
“jika kau terus memandangi monitor itu, maka kerjaanmu
tidak akan pernah selesai, Hyung.” Terdengar sebuah suara yang membuyarkan
kenangan lamaku.
Aku menoleh dan mendapati lelaki bertubuh kecil yang
sedang bersandar dipintu sambil melipat kedua tangannya di dada. Aku terkejut.
Dengan segera ku letakan kembali poto tersebut ke dalam laci dengan asal.
Melihat gelagatku dia hanya tersenyum simpul.
“aku hanya butuh refreshing,
Wook” jawabku sambil membalikan kursi menghadapnya dan mencoba untuk santai
“aku melihat semuanya Hyung” Ryeowook berjalan
mendekatiku.
“aku melihat kau memegang benda itu lagi” tangannya
mulai meraih laci mejaku lalu membukanya dan menemukan benda yang dia maksud.
”ini yang kau sebut refreshing??” katanya sambil menghayunkan foto itu didepan mukaku,
aku hanya bisa menatapnya sendu.
“sudahlah, lupakan saja dia. Dia tidak akan mungkin
kembali kesisimu, Hyung. Dia pergi bukan atas kehendak dia. Dia pergi karena
Tuhan menyayanginya”
“TAPI AKU LEBIH MENYAYANGI DIA!!!!” teriaku sambil
berdiri dihadapan Ryeowook dan merebut foto yang ada ditangannya. Dadaku
naik-turun menahan emosi.
“Tuhan lebih lebih lebih dan lebih menyayanginya,
Hyung. Percayalah Tuhan pasti mempunyai cerita yang lebih indah dibalik kesedihanmu
selama ini, Hyung” katanya sambil menepuk pundakku lalu pergi. Aku melihat
Ryeowook yang menutup pintu kamarku dengan muka sendu. Ada sedikit penyesalan
yang tersirat dilubuk hati ku. Kenapa aku harus membentak adikku hanya
gara-gara benda ini. Aku kembali terduduk lunglai di kursi kerjaku. Ku tatapi
foto yang ada ditanganku.
“jika memang Tuhan telah menuliskan cerita yang lebih
indah, ku pastikan kau akan selalu menjadi kenangan terindah bagiku. Aku janji,
Song Jihyo.” Aku mengecup foto itu beberapa detik kemudian ku simpan kembali
dengan hati-hati kedalam laci.
Aku beranjak dari kursi kerja ke tempat tidurku. Ku
rebahkan tubuhku. Lelah sekali hari ini, dimarahi atasan karena aku tidak
memenuhi deadline yang dia berikan,
bertemu klien aneh dan puncaknya pada kejadian tadi. Aku mulai memejamkan mata,
kupijat dahi yang mulai berdenyut. Ku coba untuk terhanyut ke alam mimpi,
sampai akhirnya aku benar-benar bermimpi. Dengan mimpi yang sama.
“kau tau oppa? Aku sempat
berfikir tentang kematian. Apakah kita akan hidup kembali untuk menebus sebuah
kesalahan jika mati nantinya?”
******
“Kim Heechul, kau masih ingin bekerja disini? bisakah
kau keruangan ku sekarang?” sebelum aku menjawabnya telpon itu sudah ditutup.
Choi Siwon brengsek!!! Kalau saja dia bukan atasanku, sudah ku hajar dia.
Berani sekali dia menutup telpon begitu saja tanpa mendengar jawaban dariku.
Aku segera keruangan atasanku sebelum pekerjaanku melayang. “SIAL!!!” batinku
TOK TOK TOK.
“masuk” terdengar suara Choi Siwon samar yang
mempersilahkanku masuk. Saat ku buka pintu ruangannya, aku melihat sosok
perempuan berambut panjang yang sedang bercengkrama ramah dengannya. Cih, dia
selalu memasang wajah setampan malaikat saat sedang berhadapan dengan wanita.
Aku pun masuk dan menutup kembali pintunya.
“Kim Heechul, silahkan duduk” kata Choi Siwon padaku
dengan gelagat yang dibuat-buatnya. Aku segera duduk disamping tamu
perempuannya.
“langsung saja Kim Heechul. Perkenalkan, ini nona . Nona Park, ini pria yang saya ceritakan
tadi” kata Siwon sambil menyuguhkan senyuman mautnya.
“annyeonghaseo, Park Riepo imnida” perempuan itu
berdiri dan membungkukkan badannya padaku. Lalu aku refleks berdiri dan memperkenalkan
diriku dengan formal pula.
“annyeonghaseo, Kim Heechul imnida” kataku sambil
membungkukkan badan juga.
“ahahahahahaha.. kenapa kalian sangat formal hah?
Santai saja. Yak Kim Heechul, dia akan menjadi klien tetap mu” kata Siwon
sambil tersenyum menatapku.
“ah senang bertemu dengan anda Mr. Kim” kata perempuan
itu kepadaku sambil tersenyum.
“oh jangan panggil saya dengan sebutan itu, panggil
saja Heechul”
“ah joesonghamnida. Ne, Heechul-ssi” katanya sambil
tersenyum
“Maaf, Nona Park apakah saya bisa memanggil anda
Riepo?” tanyaku ragu.
“ne, Heechul-ssi. Baiklah Siwon-ssi, saya harus pergi”
kata Riepo sambil bergegas untuk pergi.
“oke, baiklah Riepo-ssi” kata Siwon sambil menjabat
tangan Riepo. Setelah Riepo menghilang dibalik pintu, Siwon menepuk pundakku
“Kim Heechul, bagaim...”
“YAK!!!! Apakah kita berteman??” kataku kesal kepada
Siwon sambil menyingkirkan tangannya dari pundakku.
“hahahahaha, Hyung ini kantor, aku boss disini dan kau
adalah bawahan aku” katanya Siwon sambil tertawah renyah. Choi Siwon adalah
teman ku. Dia juniorku saat duduk di bangku sekolah. Kini dia menjadi pemilik salah satu penerbit ternama di Korea
dan aku..... menjadi editornya.
“lalu apa maksudmu menjadikan dia klien
tetapku?”kataku sambil kembali duduk di hadapan Siwon.
“aku kasihan pada kau, Hyung. Kau masih saja terpuruk
pada kenangan silam itu”
“sudahlah, aku tidak mau membahasnya lagi”
“kau tidak mau membahasnya tapi kau juga tidak mau
mengakhirinya. Kau tidak bisa terus seperti ini. Kau masih punya kehidupan yang
harus kau jalani, Hyung”
“tapi aku tidak bisa melupakan Song Jihyo begitu saja”
“aku tidak menyuruhmu melupakannya, Hyung. Aku hanya
ingin kau tidak terpuruk pada kenangan-kenangan mu dengannya. Kau tau bahwa
Song Jihyo sudah meninggal, tapi kau menampiknya. Kau selalu berfikir kalau
Song Jihyo masih hidup. Kau selalu berfikir kalau Song Jihyo akan kembali
padamu. Hyung, kau harus menghentikan semua ini.” Kata siwon sambil meletakan
kedua tanyannya di atas meja.
“kalau kau menyuruhku untuk melupakan Song Jihyo dengan
cara mendekati Riepo, aku tidak bisa. Aku tidak akan pernah melupakannya, tidak
akan pernah” kataku dengan suara bergetar karena menahan emosi.
“Hyung, aku tidak menyuruhm..”
“CUKUP CHOI SIWON, CUKUP!!!” kataku sambil berdiri.
Amarah ku pun mulai pecah.
“Hyung, aku tid..”
“aku akan bekerja dengan Riepo secara Profesional. aku tidak akan pernah mencampuri masalah pribadi dengan
pekerjaan"kataku sambil meninggalkan Siwon yang termenung melihat
kepergianku.
****
Malam ini begitu dingin, aku mempercepat
langkah agar cepat di tempat tujuan. Aku menghentikan langkahku didepan Cafee Chino. Ku perhatikan isi
ruangannya dari kaca pintu, lalu aku menemukan sosok yang ku cari. Aku memasuki
Cafee itu dan langsung ketempat sosok yang kucari tadi.
“annyeonghaseo Riepo-ssi, mian sudah
menunggu lama” kataku yang tiba-tiba dan membuat Riepo sedikit terkejut.
“ah Heechul-sii, annyeonghaseo. Gwenchana,
aku baru saja tiba. Silahkan duduk” kata Riepo sambil memanggil pelayan untuk memesan
coklat hangat untukku. Setelah pertengkaranku dengan Siwon seminggu yang lalu,
dia mengirimkan aku pesan singkat yang berisi kata-kata maaf. Selain itu Siwon
juga mengirikan nomer telephone Park Riepo sebagai klienku. Ya, hanya sebagai
klienku. Akhirnya aku menelphone Riepo dan kami sepakat untuk membahas semuanya
di Cafee ini.
“Heechul-ssi, apakah kau sudah lama
menjadi editor diperusahaan Siwon Oppa?”
“Mwo? Oppa? Kau memanggilnya oppa?”
tanyaku heran
“Ne, aku memanggilnya oppa. Wae?”
“aniya, aku pikir kalian adalah rekan
bisnis. Aku sudah lama bekerja di perusahaannya. Sekitar satu tahun lebih.
Waeyo? Apakah ini ada hubungannya dengan novelmu yang akan aku edit?”
“kami bukan rekan bisnis, aku temannya.
Sudah lama aku berteman dengannya. Ah ani, itu hanya pertanyaan selingan saja”
jawab Riepo sambil tersenyum simpul.
Kebanyakan klienku tidak ramah dan selalu
terburu-buru. Berbeda dengan Riepo yang ramah. Dia juga energik, ide-idenya
juga cemerlang. Hal ini terlihat jelas pada tulisannya yang ada ditanganku
sekarang
“Heechul-ssi, apakah kau akan mengedit
novelku disini?” tanya Riepo sambil menyeruput sisa Lemon Tea hangatnya.
“ah ani. Aku hanya membacanya sekilas.
Tulisanmu bagus, sepertinya kerjaaku akan menjadi lebih mudah” kataku sambil
tersenyum simpul yang disambut dengan tawa renyahnya.
“apakah kau pernah sekolah di bidang
sastra?” tanyaku lagi sambil kembali membaca tulisannya.
“tidak. Aku hanya suka menulis saja. Ini
adalah novel pertama ku”
“oh ya? Waw ini menakjubkan, bagaimana
mungkin kau dapat menulis sebuah cerita yang tragis seperti ini?” tanyaku
takjub
Dia meletakkan cangkir keatas meja, lalu
melipat tangannya didepan dada dan menyenderkan badan ke bangku yang diduduki
“itu hanya hayalanku saja”
dia menghentikan suaranya, aku melihat dia
yang sedang menerawang “aku pernah berfikir apakah kita tau tentang kematian?
Apakah kita dapat mencium bau kematian?”
aku tertegun dengan kata-katanya.
Kata-kata yang sama diucapkan oleh Song Jihyo sebelum kecelakaan itu terjadi.
Aku menegakkan badan dan mulai mendengarkan ocehannya.
“terkadang aku berfikir, jika kita mati
mungkinkah kita hidup kembali untuk menebus sebuah kesalahan yang kita lakukan?”
Riepo kembali meneguk Lemon Tea yang sudah dingin sampai habis “hanya itu saja”
aku masih tertegun dengan semua ucapannya.
Aku tak percaya bahwa apa yang dia ucapkan sama seperti Jihyo ucapkan setahun
yang lalu.
“kau tau oppa? Aku sempat
berfikir tentang kematian. Apakah kita akan hidup kembali untuk menebus sebuah
kesalahan jika mati nantinya?”
Aku kembali teringat apa yang Song Jihyo
katakan. Hal itu semua membuat bulu kudukku berdiri. Bagaimana mungkin dua
orang yang berbeda mengatakan hal yang sama? Apa mungkin dia mengenali Song
Jihyo? Dahiku mulai dipenuhi keringat dingin.
“Heechul-ssi, gwenchana? Heechul-ssi” panggil
Riepo sambil menggoyangkan tangannya di depan mukaku.
aku pun tersentak “ ah ne?”
“gwenchana? Kenapa wajahmu memucat?” tanya
Riepo, tersirat sedikit kekewatiran diwajahnya.
“ah ne, gwenchana. Aku hanya.. err... ah tiba-tiba kepalaku sedikit sakit” kataku sambil
memijat dahi yang tidak sakit.
“jinja?? Sebaiknya kita pulang saja, kau
harus istirahat Heechul-ssi” kata Riepo sambil memanggil pelayan dengan memberikan
isyarat pada tangannya.
“ah Riepo-ssi, apakah kau mengenali Song
Jihyo?” tanyaku hati-hati sambil memasukkan kertas-kertas ke dalam ransel.
“Siapa? Song Jihyo? Siapa dia?” tanya
Riepo sambill membantuku berdiri
“er.. gwenchana Riepo-ssi, aku tak
apa-apa. Jadi kau tidak mengenalinya?” tanyaku sambil meninggalkan Cafee.
Riepo tidak menjawab, dia hanya
menggelengkan kepalanya. Kami berjalan menuju halte dalam diam. Tidak ada
sepatah katapun yang keluar dari mulutnya maupun aku. aku sibuk dengan
pikiranku sendiri, dia pun sibuk dengan batu kerikil yang ditendangnya.
Aku melihatnya sekilas “sepertinya kau
sangat tertarik dengan batu itu daripada berbicara denganku, Riepo-ssi”
pernyataanku membuatnya sedikit terkejut dan menghentikan kegiatannya.
“aniyo, kau kan sedang sakit aku takut kalau
mengajakmu berbicara sambil jalan seperti ini akan membuat kepalamu bertambah
sakit” kata Riepo sambil berjalan di pinggir trotoar
“hahaha, tenang saja, ini sudah tidak
sakit lagi kok” kataku sambil mengetuk-ngetuk kepala dengan telunjuk. Riepo hanya
melihatku sambil tersenyum. Tiba-tiba di terpeleset dan keseimbangannya tak
terkendali.
“aaaaakkk!!!”
“hati-hati Riepo-ssi, itu akan membuatmu
terluka” kataku sambil menopang badannya yang hampir terjatuh ke jalanan. “gwenchana?”
“ne, gwenchana. Gomawo Heechul-ssi” kata
Riepo yang sedikit menunduk. Belum sempat kami kembali berjalan, ada mobil
dengan kecepatan tinggi yang menuju ke arah Riepo.
CIIIIIITTT..... suara rem mobil yang
memekakan telinga itu berdecit nyaring.
“RIEPO-SSI AWAAS!!” dengan sigap aku memeluk
dan mengangkat badan Riepo yang berada di jalan ke atas trotoar.
DUUUAAARRR.... Mobil yang hampir menabrak
Riepo tadi menghatam pohon besar di pinggir jalan tepat dua meter di depan ku. Aku
melihat asap yang keluar dari kap mobil itu sambil memeluk erat tubuh kaku Riepo.
Tubuhnya pun bergetar hebat, lalu sedikit-demi sedikit aku longkarkan
pelukanku. Ku pegang bahunya, ku sibakkan rambut yang menutupi wajahnya. “gwenchana,
Riepo-ssi?”
Dia tidak menjawab, dia hanya menganguk
pelan. Ada tetesan air yang keluar dari matanya dan mengalir deras dipipinya. Kupeluk
dia lagi, dan ku usap punggungnya agar dia tenang.
“uljima, uljima Riepo-ssi. Gwenchana,
semua baik-baik saja.” Dia masih menangis dipelukanku. Aku melihat banyak orang
yang berkerumunan di tempat kejadian. Beberapa orang mulai melirikku dan Riepo.
Aku membawa Riepo ke halte terdekat untuk menenangkan dia. Aku membawanya yang
masih tersedu di pelukanku melewati mobil itu. Aku melirik kearah mobil
tersebut. Aku melihat seorang ahjussi yang sudah tak sadarkan diri di depan
stir mobilnya. Disampingnya terdapat botol minuman keras yang sudah pecah. Sampainya
di halte aku langsung mendudukkan Riepo di bangku tunggu. Aku berlutut
menghadapnya.
“Riepo-ssi, gwenchana?” dia hanya
mengangguk mendengar pertanyaanku. Melihat wajahnya yang sudah mulai agak
tenang. Aku melihat sekitar halte yang tidak begitu ramai.
Ddrrr~ ddrrr~ handphone ku bergetar, aku
duduk di samping Riepo dan melihat Handphoneku. Satu pesan dari Ryeowook
adikku.
From
: Wookie
Hyung,
kau dimana? Mengapa lama sekali kau pulang. Aku sudah memasak makan malam untuk
mu, tapi semuanya sudah dingin karena kau lama sekali pulang.
Aku tidak membalas pesannya dan memasukkan
kembali handphone ke kantung celana. Aku kembali melihat Riepo yang terduduk
disampingku. Aku memperhatikan pakaiannya. Astaga dia tidak memakai pakaian
hangat, pasti dia sangat kedinginan. Aku lepaskan jaketku dan ku berikan
kepadanya.
“kau pakai saja jaket ini, kau pasti sudah
sangat kedinginan” kataku sambil memberikan jaket
“gwenchana Heechl-ssi” dia menolaknya,
tapi aku langsung menaruh jaket ini di bahunya.
“kau duduk disini sebentar, aku akan
membelikanmu minum di swalayan itu” kataku sambil menunjuk swalayan disebrang
halte yang kami duduki.
“gomawo Heechul-ssi, kau sudah dua kali
menolongku malam ini” katanya sambil tersenyum
“ah gwenchana, bukannya sesama manusia itu
harus menolong. Tubuhmu ada yg terluka? Jika ada, akan ku belikan obat untukmu”
tanyaku selidik
“ani, aku baik-baik saja. Tidak ada yang
terluka” katanya dan kembali tersenyum.
“baiklah, aku pergi sebentar”
“em” katanya sambil menganggukkan kepala. Aku
langsung menyebrangi halte dan menuju ke swalayan. Aku membeli air mineral
untuknya dan sebatang coklat. Siwon bilang coklat dapat membuat wanita menjadi
tenang, jadi aku membelikannya coklat agar dia tenang.
Belum sempat aku membayar semuanya di
kasir terdengar suara dentuman yang sangat keras di luar swalayan. Aku langsung
keluar dan melihat kejadian yang luar biasa membuat jantungku berdegup keras. Halte
tempat Riepo berada telah ambruk di hantam oleh bus. Entah bagaimana
kronologinya aku tak tau. Aku berlari menyebrangi jalan menuju halte yang telah
hancur sebagian. Aku melihat banyak orang berkerumun dibagian depan bus. Aku terobos
kerumunan itu pelan-pelan. Belum sampai pada barisan depan, aku melihat jaket
yang ku berikan pada Riepo tergeletak dengan beberapa bagian terdapat bercak
darah. Aku langsung menerobos barisan depan. Betapa terkejutnya aku melihat apa
yang telah terjadi. Ku campakkan ransel yang membebani punggungku. Aku mendekatkan
diri pada tubuh yang berlumuran darah. Aku berlutut disampingnya, ku usap dahinya.
“Heechul-ssi, gwenchana”
TBC
Maaf ya kalau ceritanya ribet. Hehehe
Aku nulis FF ini terinspirasi sama lagu dan film loh. enggak copas sih cuma ya gitu
hahahhaa gak jelas ya ;p
Jangan lupa komennya ya readers. Makasih ^^
banyak yang typo T~T
BalasHapusbaru liat