Minggu, 14 Juli 2013

______-3



___ part3
Judul : ___ part3
Author : Lee EunNa
Main cash
- Khalida Trisna Ramadhani v(._. )
- Cho Kyuhyun ( -_-)9
Other Cash:
- Sinyak
- all member Super Junior
- other
Happy Reading chingu ^^
mian kalo jelek dan banyak typo.



Trisna POV____
___flashback___

"KAMU BISA LIHAT INI? INI DAN INI?" kataku sambil menunjuk handuk kimono, noda darah di sprei dan di tanganku dengan bahasa korea seadanya.
"NE!! WAEYO??" tanya kyuhyun yang sdah mulai emosi.
"KAU TELAH MEMPERKOSA KU!!" kataku sambil menangis.
"MWOOO????" kata semua anggota Super Junior terkejut.
"APA??" kata sinyak yang sudah berada di ambang pintu.

Trisna POV END___
Kyuhyun POV___
"ANDWE!!"
"tapi kamu harus bertanggung jawab, Kyu!!!" kata Leeteuk hyung
Aarrgghh. Kenapa perempuan itu bisa tidur di sebelah ku.
"tapi aku tidak berbuat apa-apa hyung"
Leeteuk hyung lalu pergi tanpa mendengarkan kata-kataku.
"kalau kau tidak berbuat apa-apa kenapa ada bercak darah di sprei?" selidik Donghae hyung
"aku tidak tau, Hyung" jawabku sambil memijat kening yang sedikit berdenyut.
"sudahlah Kyu. Nikahi saja dia" kata Eunhyuk hyung
"APA?? NIKAHI? tidak hyung. Tidak bisa. Bagaimana nasib Super Junior nanti??" aku berdiri dan kembali memijat keningku.
"aku sudah mengubungi manager. Beliau bilang kau harus menikahi perempuan itu" tiba-tiba Leeteuk hyung datang menhampiri kami.
"apa?? Tidak bisa hyuung" jawab ku frustasi.
"kamu harus tanggung jawab kyu. Kalau dia hamil trus meminta pertanggung jawaban kamu gimana? Lebih baik kau nikahi saja dia sekarang" kata Leeteuk hyung serius.
Aku menarik napas panjang. Lalu duduk di kursiku kembali. Haaaah, masalah ini sangat sulit.
"bagaimana mungkin aku harus bertanggung jawab atas apa yang tidak aku lakukan hyung" kataku pada Leeteuk hyung membela diri.
"kalau tidak melakukan apa-apa kenapa dia sampai seperti itu?" Leeteuk hyung menunjuk kearah perempuan itu dengan matanya.
Aku melihat perempuan itu masih di atas ranjang. Dia menangis di dalam pelukan temannya. Ada Wookie Hyung dan Sungmin Hyung yang menenangkannya.
"tapi hyung..." aku menatap Leeteuk hyung memelas.
"berpikirlah secara dewasa, Kyu" kata Leeteuk hyung sambil menepuk bahuku lalu pergi menemui perempuan itu.
Aku memijat keningku yang kembali berdenyut.
"jadi kau akan menikahinya, Kyu?" tanya EunHae couple serempak.
Aissh aku lupa ada mereka disini.
"aiisshh.. Bisakah kau jauhkan tangan mu itu dari paha ku, HYUKJAE!! lebih baik kalian saja yang menikah" kataku sambil mengambil ponsel dan menekan angka 1, dengan otomatis tersambung ke eomma ku.
" yak!! Panggil aku hyung" protes Eunhyuk, tapi aku mengabaikannya.
"yoboseo, eomma"
"ne, Kyu. Wae?" terdengar jelas suara eomma disana. Sulit rasanya aku mengatakan hal ini kepadanya.
"eomma, aku rrr.. ingin menikah"
"mwo? Dengan siapa? Bukannya kontrakmu dengan Super Junior tidak memperbolehkan menikah sampai umur 30 tahun?"
"ne, eomma. Tapi mereka telah menyetujuinya. Mereka rrr.. Telah merubah kontraknya" kataku gugup
"ooh, keunde, kamu tidak pernah mengenalkan calonmu kepada eomma. Apa ada sesuatu?" tanya eomma selidik.
"aah itu, mmm aku takut ketauan oleh ELF. Eomma tau sendirikan segalanya tentang kami. Err.. Aku takut sesuatu akan terjadi padanya jika ELF tau apalagi Sparkyu tau"
Aaahh eomma maafkan aku, batinku.
"Tapi kenapa mendadak sekali, Kyu? Apa kamu menghamilinya?"
DEG. pertanyaan eomma membuat jantungku hampir melompat keluar.
"a a aaniyo eomma, anii" jawabku gugup "k ka kami mmemang sudah lama merencanakannya"
"baiklah, keunde, eomma harus bertemu dengannya dulu"
"ne eomma" kataku sambil memutuskan telponnya.
Aku mengisi paru-paruku dengan udara lalu ku hempaskan udara itu keluar. Aku melihat perempuan itu, tampaknya dia sudah mulai tenang. Aku hampiri dia.
"besok kau harus bertemu dengan eomma ku" kataku melihatnya dingin.
"mwo? Wae kyu?" tanya sungmin hyung yang sudah berdiri disampingku.
"eomma ingin bertemu dengannya sebelum aku menikahinya hyung" jawabku lesu.
"MWO?? jadi kau benar-benar akan menikahinya?" tanya Wookie yang kini mengambil alih di sampingku.
"Ne" aku menatap lurus pada perempuan itu.
"kau hanya punya waktu satu hari untuk memberitau orang tua mu kalau kita akan menikah" kataku dingin padanya.
"tapi orang tuaku di Jakarta" katanya yang masih dalam dekapan temannya.
"kita pergi ke sana sekarang"
Kyuhyun POV END___
____Trisna POV____
Kini kami sedang dalam perjalanan ke Korea. Ya, KAMI. aku dan Kyuhyun. Aku sudah memikirkannya berkali tentang hal ini. Aku tidak mau masa depanku hancur hanya karena masalah ini. Aku sudah minta izin ke keluargaku di Jakarta. Aku menceritakan semuanya kepada mereka. Mereka sangat kecewa, SANGAT KECEWA. Orang tua mana yang tidak kecewa jika mendengar anak perempuannya telah melanggar batas norma agama. Mama menyetujui rencana ku yang akan menikah dengan Kyuhyun di Korea. Dengan berat Mama melepaskan ku pergi.
are you sleepy?” tanya Kyuhyun yang duduk disampingku. Aku hanya merespon dengan gelengan kepala tanpa mengalihkan pandanganku dari jendela pesawat.
are you hungry?” tanya lagi sambil melepaskan earphone yang menyumbat telinganya sejak pesawat take off. Aku kembali menggelengkan kepala tanpa melihat kearahnya sama sekali.
“yak!! Apakah kau tuli” dia berkata dalam bahasa Korea. Aku menoleh padanya dengan enggan
“yak!!! Kau kira aku tidak bisa bahasa Korea hah?? Aku tidak tuli!! Aku tidak lapar dan aku tidak ngantuk!!” jawabku ketus dan kembali memandangi awan-awan yang mengapung dibalik jendela tebal ini.
“yak!! Kenapa kau marah-marah padaku? Aku kan hanya bertanya” jawabnya ketus kemudian dia beranjak pergi. Dan aku kembali menerawang dengan pikiran sendiri.
Beberapa menit kemudian Kyuhyun kembali dengan sepotong roti dan segelas air di tangannya. Dia menyodorkannya kepadaku “makanlah, kau tidak mengisi perutmu sejak semalam kan? Perjalanan kita masih jauh” aku melihat wajahnya dan roti itu secara bergantian.
“aku tidak lapar” jawabku
“kau memang tidak lapar tapi lambungmu membutuhkan ini. Aku tidak mau sibuk mengurusimu sakit hanya karna kau tidak mau makan” kata Kyuhyun ketus.
Dengan enggan aku mengambil roti ditangannya, kemudian aku memakannya. Kyuhyun membuka meja yang terlipat didepanku dan menaruh cangkir yang berisi air teh hangat disitu.
“gomapseumnida, Kyuhyun-ssi” kataku pelan
“cih ternyata kau tau juga berterima kasih” dia melirikku sambil menunjukkan smirk andalannya. Aku hanya meliriknya tajam tanpa membalas perkataan sadisnya.
Setelah itu tidak ada percakapan apa-apa lagi. Kyuhyun sibuk dengan PSPnya, dan aku kembali sibuk dengan awan-awan setelah roti dan teh hangat ku habis. Tak lama setelah itu aku terlelap.
*****
“hei... hei.. ireona.. yaak.. ireona” Kyuhyun membangunkan aku dengan menepuk-nepuk lenganku. Aku terbangun dan mendapati Kyuhyun yang sudah menggunakan masker dan topinya.
“pakai ini. Sampai di bandara, kau akan di jemput oleh supir pribadiku” katanya sambil menyodorkan kaca mata hitam dan shal kepada ku.
“emm kita dimana?” tanyaku yang masih tak sadar.
“yaak sadarlah.. kita sudah sampai di Incheon.” Kata Kyuhyun yang sudah memakai ranselnya.
“mwo?? Yak Cho Kyuhyun kenapa kau tidak membangunkan aku sebelum landing. Aissshh” kataku sambil memakai shal dan kaca mata hitam milik Kyuhyun.
“aku sudah membangunkan kau ribuan kali, tapi kau tetap saja mendengkur. Palli palli... iiiisshh paliwaa~” kata Kyuhyun sambil membantuku memakai shal sehingga jarak antara kami sangat dekat. Aku dapat mencium aroma tubuh Kyuhyun yang wangi.
“igo” Kyuhyun memberikan tasku, “cepat pakai kita sudah tidak punya waktu lagi. Kalau netizen tau aku pulang lebih awal dari jadwal konser mereka pasti akan mencari tau penyebabnya” kata Kyuhyun yang mulai keluar dari pesawat. Aku hanya diam dan mengikutinya dari belakang.
Seperti yang Kyuhyun katakan, aku dijemput oleh supir pribadinya yang memegang sertas bertuliskan namaku.
“Annyeonghaseo ahjussi” sapaku pada lelaki paruh baya itu
“Annyeonghaseo, Agassi” sapanya ramah, “mari ikuti saya” lalu aku mengikutinya menuju mobil sedan berwarna hitam. Dia membuka pintu untukku.
“gamsahamnida ahjussi”
“ne, agassi” katanya kemudian menutup pintu mobil dan bergegas ke tempat mengemudi. Ahjussi ini mengemudikan mobil dengan tengang. Sangat hening dimobil ini.
“emm ahjussi, bagaimana anda tau nama saya, sedangkan Kyuhyun saja tidak tau nama saya?” tanyaku yang mulai membuka percakapan.
“Tuan Park yang memberi tau nama anda kepada saya” jawabnya dengan senyum yang tulus.
“Tuan Park? Maksud anda Leeteuk Oppa?”
“Ne, Agassi”
Kemudian suasana kembali hening. Tiba-tiba ponsel ahjussi itu berbunyi.
“yoboseo Tuan Cho” ahjussi itu menjawab telphone, “ah ne tuan Cho. Ne, baiklah” kemudian ahjussi itu menutup telephonenya.
“agassi, tadi tuan Cho telpon. Beliau menyuruh saya membawa agassi ke dorm Super Junior.”
“Kyuhyun? Oke baiklah” jawabku singkat. Aku menikmati pemandangan sepanjang jalan ke dorm Suju. Ternyata Korea Selatan sangat menakjubkan. Begitu indah, walaupun berupa metropolitan, tapi unsur budayanya masih melekat disini.
Tidak lama kemudian aku melihat empat gedung tinggi yang terdapat dalam satu kawasan. Gedung ini sangat mewah. Dan kusadari bahwa mobil yang aku tumpangi memasuki kawasan ini.
“ahjussi, dimana ini? tempat apa ini?” tanyaku melihat mobil telah memasuki parking area.
“agassi sekarang berada di daerah Gwangjin. Dan ini adalah apartemen tempat tuan Cho dan member Super Junior lainnya tinggal” jawab agassi yang mulai memarkirkan mobilnya.
“apartemen? Lalu mereka tinggal disemua gedung ini?” tanyaku takjub
“tidak, agassi. Mereka tinggal di tower C. Kita sudah sampai, agassi” kata ahjussi itu kemudian keluar mobil dan membukakan pintu untukku.
“gamsahamnida” ucapku yang sedikit membungkukkan badan dan di ikuti oleh agassi itu.
“joesonghamnida agassi, saya tidak bisa mengantar agasshi sampai ke atas.”
“hah.. tapi saya tidak tau dimana dorm mereka” jawabku mulai panik
“agassi naik saja ke lantai 11, nomor 1011.”
“ah ne. Gamsahamnida ahjussi” ucapku sambil membungkukkan badan yang diikuti pula oleh ahjussi itu lalu dia masuk kemobil dan melaju pergi entah kemana. Tinggallah aku sendiri di tempat parkir. Aku melihat-lihat sekitar area parkir dan ini adalah parkir yang luas. Kuberanikan diri untuk memasuki gedung yang telah di jelaskan oleh agassi tadi. Tidak lama aku menemukan lift. Ketika hendak menekan tombol, tiba-tiba pintu lift terbuka dan aku melihat sosok Kyuhyun dengan memakai jeans dengan paduan kemeja biru soft berlengan panjang yang digulung hingga siku. Dengan sigap Kyuhun langsung menarikku masuk kedalam lift segera menekan tombol 11 dan pintunya pun tertutup secara otomatis.
“kenapa kau lama sekali hah?” katanya yang menjaga jaraknya denganku
“aku tidak tau gedung yang mana yang harus aku masuki”
“bukankah sudah dijelaskan oleh supirku?”
“iya, tapi tetap saja bingung” jawabku sambil menundukan muka” tak ada percakapan apa-di dalam lift. Aku yang lebih tertarik melihat lantai lift hanya diam begitu juga dengan Kyuhyun. Pintu lift pun terbuka, Kyuhyun segera keluar dan aku pun mengikutinya dari belakang. Tentu saja dengan jarak kurang lebih satu meter aku mengikutinya.
Kyuhyun berhenti di depan kamar no 1011, dia menekan sandi dan pintunya terbuka. “Masuklah, tidak ada orang disini” hal pertama yang aku lihat ketika memasuki dorm Superstar ini adalah dua sepeda dan sepatu-sepatu yang tersusun rapi.
“ini kamarku, kau bersihkan dulu badanmu sebelum menemui keluargaku”
Aku tersinggung dengan perkataan Kyuhyun barusan “apa maksudmu? Kau pikir aku gelandangan yang dekil dan bau?” jawabku yang segera masuk kekamar Kyuhyun.
“bukan itu maksudku, lihat saja penampilanmu. Tidak fresh” aku berjalan menuju kaca untuk melihat penampilanku dan “CRAACKK” aku menginjak sesuatu.
“Yaaak!!!! Kau memecahkan kaset game ku!!” Kyuhyun langsung mengambil kasetnya yang sudah menjadi dua bagian.
“Yak!! Seenaknya saja kau bentak aku. siapa suruh kau taruh kaset itu sembarangan hah”
“aaiisshh ini kamar aku, kenapa kau yang mengaturnya hah?? Kau pikir kau ini siapa??” Kyuhyun mulai emosi.
“rrghhhh aku mau mandi, mana handuknya?”
“kau tidak punya handuk?” tanyanya ketus dan kujawab dengan gelengan kepala.
“aaaiisss.. kau memang bikin repot” gerutu Kyuhyun kemudian dia memberikan handuk putih kepadaku “kamar mandinya diluar” aku pun keluar dari kamar kyuhyun dan memasuki ruangan yang dia tunjuk tadi. Aku mandi dengan takjub. Bagaimana tidak, kamar mandi ini seperti kamar mandi berbintang lima, sangat mewah.
Setelah aku mandi, aku tidak menemukan Kyuhyun di dorm. Aiss.. kemana anak itu. Ahh aku sangat lapar, sangat tidak sopan jika aku makan sesuatu dari kulkas mereka. Sambil menahan lapar aku kembali masuk kekamar Kyuhyun yang berantakan karena kaset-kaset gamenya ini.. aku mendengar kunci pengaman pintu berbunyi dan seseorang masuk.
“Yaaak!!! Oediga??” ternyata itu Kyuhyun. Aku keluar kamar dengan memakai kaos biru lengan panjang dengan paduan rok putih dibawah lutut dan rambut ku gerai. “dari mana saja kau?” tanyaku yang langsung memakai ransel.
“bukan urusanmu. Ayo, keluargaku sudah menunggu” kata Kyuhyun sambil keluar dan aku mengikutinya. Namun tiba-tiba Kyuhyun berhenti dan membalikkan badannya menghadapku “ rrr... siapa namamu?” tanyanya tiba-tiba.
“aku? trisna imnida” jawabku kaget.
“oke” lalu dia membalikan badan dan kembali berjalan. Apa??? Jadi dia tidak tau siapa namaku?? Dasar pria aneh.
Dalam perjalanan tidak sepatah katapun yang keluar dari mulutku maupun Kyuhyun. Mungkin karena terlalu lelah atau sibuk dengan pikiran masihng-masing. Sebelum sampai, Kyuhyun sempat mampir ke butik dan membelikan ku handbag berwarna putih. Alasannya karena aku ingin bertemu dengan keluarganya, bukan traveling. Oke, aku terima alasannya mengingat ransel besarku yang tidak memungkinkan ku bawa untuk menemui keluarga Kyuhyun.
Tidak lama kemudian kami sampai dirumah Kyuhyun yang megah. Aku disambut hangat oleh keluarganya, termasuk kakaknya, Cho Ahra. Saat berbincang, aku lebih banyak diam dan tersenyum. Aku tidak paham apa yang mereka katakan. Terkadang jika mereka menanyakan sesuatu, Kyuhyun yang menjawabnya. Aku tidak tau apa yang mereka tanyakan dan apa yang Kyuhyun jawab. Aku hanya bisa tersenyum dan mengangguk.
Dan akhirnya, saat yang ku tunggu-tunggu. Jamuan makan malam. Haaaa, aku sangat lapar, hari ini aku hanya menyantap roti yang di berikan oleh Kyuhyun di pesawat tadi. Aku menatap sajian yang ada dihadapanku dengan penuh napsu. Aku tidak tau apa nama makanan itu, yang aku tau makanan-makanan itu terlihat sangat menggiurkan. Aromanya yang sedap pun sangat mengugah selera. Kalau tidak mengingat aku sedang berada di kediaman keluarga Cho, sudah ku santap semuanya dengan lahap.
“Eomma, aku dan Trisna menginap disini dalam beberapa hari” kata Kyuhyun dalam sela-sela makannya.
“kenapa kau juga akan tidur disini? Kau tidur saja di dormmu, biar Trisna saja yang tidur disini” kata Appa Kyuhyun.
“Appa, ini sudah malam. Dan aku sangat lelah untuk kembali ke dorm. Lagipula di dorm tidak ada siapa-siapa”
“ne, baiklah. Terserah kau saja Kyunie” jawab ibunya.
“kau tidur dikamarmu dan Trisna tidur” kata Ahra Oenni
Kyuhyun hanya mengangguk tanda setuju. Aku menyelesaikan makan malamku yang singkat. Ingin rasanya kuhabiskan semua makanan yang lezat ini, tapi itu sangat tidak berwibawa sama sekali. Jadi ku urungkan niatku yang mulia itu.
“kau sudah selesai makan Trisna-ssi?” tanya Nyonya Cho
“ne Mrs. Cho” jawabku singkat
“anii, jangan panggil aku seperti itu. Panggil saja aku Oemonim. Bukankah kalian akan menikah dan kau akan menjadi anakku juga. Sama seperti Kyuhyun dan Ahra”
Mendengar itu, aku merasa tidak nyaman. Entah mengapa itu terdengar seperti aneh di telingaku. Sehabis makan, aku membantu Ahra oenni membersihkan meja makan dan piring yang kotor. Kyuhyun dan kedua orang tuanya sedang berbincang diruang keluarga. Kemudian aku dan Ahra oenni ikut bergabung dengan mereka. aku membawa empat cangkir teh hangat dan beberapa cemilan yang sudah disiapkan oleh Ahra oenni.
“Trisna-ssi, sebelum kalian menikah lebih baik aku tinggal bersama kami dari pada harus menyewa apartemen” kata Mr. Cho membuka percakapan dengan bahasa inggrisnya yang lancar.
“thank you so much, Mr. Cho. But I don’t want to troublesome you
“tidak. Itu sama sekali tidak merepotkan, mengingat kau tidak begitu lancar bahasa korea lebih baik kau tinggal disini. Nanti Ahra akan membantumu” Mr. Cho berkata dengan mimik yang serius. Aku melihat Ahra nuna yang mengangguk menyetujui apa yang appanya katakan.
“saya akan belajar Mr. Cho. Saya akan mempelajarinya sendiri. Tidak masalah bagi saya untuk tinggal sendiri di apartemen”
“tapi tembat ini baru untukmu. Tempat ini masih sangat asing bagimu” kata Mrs. Cho dengan bahasa koreany yang terdengan sangat khawatir
“gwenchana Eomonim. Aku sudah terbiasa hidup sendiri” jawabku dengan bahasa korea yang terbatas.
“baiklah kalau memang itu keputusanmu. Kalau ada apa-apa, kau hubungi Kyuhyun” kata Mr. Cho
“atau kau bisa menghubungi Ahra atau Eomma.” Kata Mrs. Cho.
Aku hanya tersenyum “terimakasih banyak Mr. Cho, terimakasih Eomonim, Eonni” Ahra tersenyum dan memelukku hangat. Aku membalas pelukannya dan melihat Kyuhyun dengan wajah gusar.
“Omo.. akhirnya aku ada teman tidur malam ini. Kau pasti lelah Trisna-ssi. Ayok kita tidur” Ahra Eonni menarik tanganku menuju kamarnya “Kyunie-ah, jangan lupa kau ambilkan barangnya dan masukkan kekamarku. Arraji!” perintah Ahra Eonni dan langsung di sambut dengan muka cemberut oleh Kyuhyun.
****
Delapan hari sudah aku tinggal bersama keluarga Cho. Setelah malam itu, aku tidak lagi melihat wajah Kyuhyun dirumah ini. Dia mulai sibuk dengan pekerjaan dan rutinitasnya. Aku disini hanya menemani Mrs. Cho. Terkadang menemaninya belanja, berbincang dan bahkan membuat kue. Kebetulan sekali aku pandai membuat kue. Walaupun fasilitas dirumah ini lengkap, namun aku sangat bosan. Aku sering menghabiskan waktu soreku di belakang rumah besar ini. Terkadang aku juga berbincang dengan supir pribadi keluarga Cho yang menjemput ku di bandara beberapa waktu lalu. Ahjussi itu bernama Park Sukjin. Beliau sangat ramah, beliau bercerita banyak tentang keluarga Cho, ternyata dia bekerja disini sudah 10 tahun. Sukjin ahjussi hanya mengantar Mrs. Cho dan Mr. Cho saja, karena Ahra Eonni dan Kyuhyun lebih suka mengendarai mobil mereka sendiri.
Hari ini aku dan Kyuhyun mencari sebuah apartemen kecil untukku. Akhirnya kami dapatkan apartemen berukuran sedang dan nyaman di kawasan Gwangjin, berdekatan dengan dorm Super Junior. Tapi tidak satu komplek dengan gedung-gedung mewah itu. Hari ini juga aku pindah ke apartemen ini. Mrs. Cho menyuruh Kyuhyun meluangkan waktunya seharian ini untuk membantuku membeli peralatan rumah dan membantu aku membereskannya juga. Aku dan Kyuhyun hanya membeli barang-barang yang dianggap sangat penting. Seperti tempat tidur, lemari, sofa dan peralatan dapur termasuk kulkas.
“sudah selesai semua. Tidurlah, besok aku akan menjemputmu dan kita akan membicarakan tentang pernikahan konyol ini” kata Kyuhyun dan langsung pergi meninggalkanku sendiri disini.
Aku menutup pintunya dan terkunci secara otomatis selepas Kyuhyun pergi. Aku bersender dipintu dan memandangi ruang sepetak yang masih dipenuhi oleh barang-barang yang belum tersusun. Tak terasa airmatu jatuh membasahi pipi. Hati ku terasa sakit sekali, aku tak ingin disini, aku tak ingin menikah dengan pria yang tidak ku cintai. Ma, aku ingin pulang. Anakmu ingin pulaang.. aku terduduk di depan pintu dan menangis sekeras mungkin. Aku meraung sekeras-kerasnya dan mungkin tetanggaku mendengarnya. Aku menangis hingga terlelap didepan pintu.
TBC

Maaf ya kalau ceritanya sangat absurd. heheheheheee

Jumat, 12 Juli 2013

Severely Part 1



author : Ncen
Rating : PG-15
Main Cast : 
  • Kim Heechul
  • Choi Siwon
  • Kim Ryeowook
  • Park Riepo
  • Etc.
Disclaimer:
FF ini adalah imajinasiku dan hanya fiktif belaka.
@TrisnaRamad  <= that's my twitter's acc. kalo ada yg mau komplen silahkan kunjungi ^^ 

****


Semua kenangan itu membelenggu jiwa..
Satu persatu merenggut asa...
Haruskah aku bertahan??...
Mataku sibuk dengan layar komputer, jari-jari panjangku menari lincah diatas meja membuat suara ketukan berirama. Deadline ini harus selesai besok, tapi aku hanya menatap layar komputer berjam-jam  tanpa mengedit tulisan yang ada di depanku. Sebagai editor yang lihai tidak biasanya aku seperti ini. Aku menggigit kuku ibu jari dan mencoba untuk fokus. Tapi lagi-lagi pikiranku teralihkan.
“kau tau oppa? Aku sempat berfikir tentang kematian. Apakah kita akan hidup kembali untuk menebus sebuah kesalahan jika mati nantinya?”
Arrrgghhh sialan!! Aku menghentakan badan pada senderan kursi dengan kasar. Pikiranku masih tertuju pada perempuan yang selalu ada dalam benakku. Aku segera membuka laci meja dan mengobrak-abrik isinya. Aku menemukan sebuah foto berukuran 3x4 cm. Foto seorang perempuan berambut coklat panjang. Cantik, bersahaja. Aahhh betapa aku sangat merindukan dia. Perempuan yang dulu selalu ada disisiku, perempuan yang dulu selalu di anganku, perempuan yang selalu melukiskan banyak kenangan indah tak terlupakan di benakku. Namun sekarang dia telah meninggalkan semua kenangan itu.
Aku menatap foto itu nanar “Song Jihyo, mungkinkah kau akan kembali?”
“jika kau terus memandangi monitor itu, maka kerjaanmu tidak akan pernah selesai, Hyung.” Terdengar sebuah suara yang membuyarkan kenangan lamaku.
Aku menoleh dan mendapati lelaki bertubuh kecil yang sedang bersandar dipintu sambil melipat kedua tangannya di dada. Aku terkejut. Dengan segera ku letakan kembali poto tersebut ke dalam laci dengan asal. Melihat gelagatku dia hanya tersenyum simpul.
“aku hanya butuh refreshing, Wook” jawabku sambil membalikan kursi menghadapnya dan mencoba untuk santai
“aku melihat semuanya Hyung” Ryeowook berjalan mendekatiku.
“aku melihat kau memegang benda itu lagi” tangannya mulai meraih laci mejaku lalu membukanya dan menemukan benda yang dia maksud.
”ini yang kau sebut refreshing??” katanya sambil menghayunkan foto itu didepan mukaku, aku hanya bisa menatapnya sendu.
“sudahlah, lupakan saja dia. Dia tidak akan mungkin kembali kesisimu, Hyung. Dia pergi bukan atas kehendak dia. Dia pergi karena Tuhan menyayanginya”
“TAPI AKU LEBIH MENYAYANGI DIA!!!!” teriaku sambil berdiri dihadapan Ryeowook dan merebut foto yang ada ditangannya. Dadaku naik-turun menahan emosi.
“Tuhan lebih lebih lebih dan lebih menyayanginya, Hyung. Percayalah Tuhan pasti mempunyai cerita yang lebih indah dibalik kesedihanmu selama ini, Hyung” katanya sambil menepuk pundakku lalu pergi. Aku melihat Ryeowook yang menutup pintu kamarku dengan muka sendu. Ada sedikit penyesalan yang tersirat dilubuk hati ku. Kenapa aku harus membentak adikku hanya gara-gara benda ini. Aku kembali terduduk lunglai di kursi kerjaku. Ku tatapi foto yang ada ditanganku.
“jika memang Tuhan telah menuliskan cerita yang lebih indah, ku pastikan kau akan selalu menjadi kenangan terindah bagiku. Aku janji, Song Jihyo.” Aku mengecup foto itu beberapa detik kemudian ku simpan kembali dengan hati-hati kedalam laci.
Aku beranjak dari kursi kerja ke tempat tidurku. Ku rebahkan tubuhku. Lelah sekali hari ini, dimarahi atasan karena aku tidak memenuhi deadline yang dia berikan, bertemu klien aneh dan puncaknya pada kejadian tadi. Aku mulai memejamkan mata, kupijat dahi yang mulai berdenyut. Ku coba untuk terhanyut ke alam mimpi, sampai akhirnya aku benar-benar bermimpi. Dengan mimpi yang sama.
“kau tau oppa? Aku sempat berfikir tentang kematian. Apakah kita akan hidup kembali untuk menebus sebuah kesalahan jika mati nantinya?”

******
“Kim Heechul, kau masih ingin bekerja disini? bisakah kau keruangan ku sekarang?” sebelum aku menjawabnya telpon itu sudah ditutup. Choi Siwon brengsek!!! Kalau saja dia bukan atasanku, sudah ku hajar dia. Berani sekali dia menutup telpon begitu saja tanpa mendengar jawaban dariku. Aku segera keruangan atasanku sebelum pekerjaanku melayang. “SIAL!!!” batinku
TOK TOK TOK.
“masuk” terdengar suara Choi Siwon samar yang mempersilahkanku masuk. Saat ku buka pintu ruangannya, aku melihat sosok perempuan berambut panjang yang sedang bercengkrama ramah dengannya. Cih, dia selalu memasang wajah setampan malaikat saat sedang berhadapan dengan wanita. Aku pun masuk dan menutup kembali pintunya.
“Kim Heechul, silahkan duduk” kata Choi Siwon padaku dengan gelagat yang dibuat-buatnya. Aku segera duduk disamping tamu perempuannya.
“langsung saja Kim Heechul. Perkenalkan, ini nona  . Nona Park, ini pria yang saya ceritakan tadi” kata Siwon sambil menyuguhkan senyuman mautnya.
“annyeonghaseo, Park Riepo imnida” perempuan itu berdiri dan membungkukkan badannya padaku. Lalu aku refleks berdiri dan memperkenalkan diriku dengan formal pula.
“annyeonghaseo, Kim Heechul imnida” kataku sambil membungkukkan badan juga.
“ahahahahahaha.. kenapa kalian sangat formal hah? Santai saja. Yak Kim Heechul, dia akan menjadi klien tetap mu” kata Siwon sambil tersenyum menatapku.
“ah senang bertemu dengan anda Mr. Kim” kata perempuan itu kepadaku sambil tersenyum.
“oh jangan panggil saya dengan sebutan itu, panggil saja Heechul”
“ah joesonghamnida. Ne, Heechul-ssi” katanya sambil tersenyum
“Maaf, Nona Park apakah saya bisa memanggil anda Riepo?” tanyaku ragu.
“ne, Heechul-ssi. Baiklah Siwon-ssi, saya harus pergi” kata Riepo sambil bergegas untuk pergi.
“oke, baiklah Riepo-ssi” kata Siwon sambil menjabat tangan Riepo. Setelah Riepo menghilang dibalik pintu, Siwon menepuk pundakku
“Kim Heechul, bagaim...”
“YAK!!!! Apakah kita berteman??” kataku kesal kepada Siwon sambil menyingkirkan tangannya dari pundakku.
“hahahahaha, Hyung ini kantor, aku boss disini dan kau adalah bawahan aku” katanya Siwon sambil tertawah renyah. Choi Siwon adalah teman ku. Dia juniorku saat duduk di bangku sekolah. Kini dia menjadi pemilik salah satu penerbit ternama di Korea dan aku..... menjadi editornya.
“lalu apa maksudmu menjadikan dia klien tetapku?”kataku sambil kembali duduk di hadapan Siwon.
“aku kasihan pada kau, Hyung. Kau masih saja terpuruk pada kenangan silam itu”
“sudahlah, aku tidak mau membahasnya lagi”
“kau tidak mau membahasnya tapi kau juga tidak mau mengakhirinya. Kau tidak bisa terus seperti ini. Kau masih punya kehidupan yang harus kau jalani, Hyung”
“tapi aku tidak bisa melupakan Song Jihyo begitu saja”
“aku tidak menyuruhmu melupakannya, Hyung. Aku hanya ingin kau tidak terpuruk pada kenangan-kenangan mu dengannya. Kau tau bahwa Song Jihyo sudah meninggal, tapi kau menampiknya. Kau selalu berfikir kalau Song Jihyo masih hidup. Kau selalu berfikir kalau Song Jihyo akan kembali padamu. Hyung, kau harus menghentikan semua ini.” Kata siwon sambil meletakan kedua tanyannya di atas meja.
“kalau kau menyuruhku untuk melupakan Song Jihyo dengan cara mendekati Riepo, aku tidak bisa. Aku tidak akan pernah melupakannya, tidak akan pernah” kataku dengan suara bergetar karena menahan emosi.
“Hyung, aku tidak menyuruhm..”
“CUKUP CHOI SIWON, CUKUP!!!” kataku sambil berdiri. Amarah ku pun mulai pecah.
“Hyung, aku tid..”
“aku akan bekerja dengan Riepo secara Profesional. aku tidak akan pernah mencampuri masalah pribadi dengan pekerjaan"kataku sambil meninggalkan Siwon yang termenung melihat kepergianku.
****
Malam ini begitu dingin, aku mempercepat langkah agar cepat di tempat tujuan. Aku menghentikan langkahku didepan Cafee Chino. Ku perhatikan isi ruangannya dari kaca pintu, lalu aku menemukan sosok yang ku cari. Aku memasuki Cafee itu dan langsung ketempat sosok yang kucari tadi.
“annyeonghaseo Riepo-ssi, mian sudah menunggu lama” kataku yang tiba-tiba dan membuat Riepo sedikit terkejut.
“ah Heechul-sii, annyeonghaseo. Gwenchana, aku baru saja tiba. Silahkan duduk” kata Riepo sambil memanggil pelayan untuk memesan coklat hangat untukku. Setelah pertengkaranku dengan Siwon seminggu yang lalu, dia mengirimkan aku pesan singkat yang berisi kata-kata maaf. Selain itu Siwon juga mengirikan nomer telephone Park Riepo sebagai klienku. Ya, hanya sebagai klienku. Akhirnya aku menelphone Riepo dan kami sepakat untuk membahas semuanya di Cafee ini.
“Heechul-ssi, apakah kau sudah lama menjadi editor diperusahaan Siwon Oppa?”
“Mwo? Oppa? Kau memanggilnya oppa?” tanyaku heran
“Ne, aku memanggilnya oppa. Wae?”
“aniya, aku pikir kalian adalah rekan bisnis. Aku sudah lama bekerja di perusahaannya. Sekitar satu tahun lebih. Waeyo? Apakah ini ada hubungannya dengan novelmu yang akan aku edit?”
“kami bukan rekan bisnis, aku temannya. Sudah lama aku berteman dengannya. Ah ani, itu hanya pertanyaan selingan saja” jawab Riepo sambil tersenyum simpul.
Kebanyakan klienku tidak ramah dan selalu terburu-buru. Berbeda dengan Riepo yang ramah. Dia juga energik, ide-idenya juga cemerlang. Hal ini terlihat jelas pada tulisannya yang ada ditanganku sekarang
“Heechul-ssi, apakah kau akan mengedit novelku disini?” tanya Riepo sambil menyeruput sisa Lemon Tea hangatnya.
“ah ani. Aku hanya membacanya sekilas. Tulisanmu bagus, sepertinya kerjaaku akan menjadi lebih mudah” kataku sambil tersenyum simpul yang disambut dengan tawa renyahnya.
“apakah kau pernah sekolah di bidang sastra?” tanyaku lagi sambil kembali membaca tulisannya.
“tidak. Aku hanya suka menulis saja. Ini adalah novel pertama ku”
“oh ya? Waw ini menakjubkan, bagaimana mungkin kau dapat menulis sebuah cerita yang tragis seperti ini?” tanyaku takjub
Dia meletakkan cangkir keatas meja, lalu melipat tangannya didepan dada dan menyenderkan badan ke bangku yang diduduki “itu hanya hayalanku saja”
dia menghentikan suaranya, aku melihat dia yang sedang menerawang “aku pernah berfikir apakah kita tau tentang kematian? Apakah kita dapat mencium bau kematian?”
aku tertegun dengan kata-katanya. Kata-kata yang sama diucapkan oleh Song Jihyo sebelum kecelakaan itu terjadi. Aku menegakkan badan dan mulai mendengarkan ocehannya.
“terkadang aku berfikir, jika kita mati mungkinkah kita hidup kembali untuk menebus sebuah kesalahan yang kita lakukan?” Riepo kembali meneguk Lemon Tea yang sudah dingin sampai habis “hanya itu saja”
aku masih tertegun dengan semua ucapannya. Aku tak percaya bahwa apa yang dia ucapkan sama seperti Jihyo ucapkan setahun yang lalu.
“kau tau oppa? Aku sempat berfikir tentang kematian. Apakah kita akan hidup kembali untuk menebus sebuah kesalahan jika mati nantinya?”
Aku kembali teringat apa yang Song Jihyo katakan. Hal itu semua membuat bulu kudukku berdiri. Bagaimana mungkin dua orang yang berbeda mengatakan hal yang sama? Apa mungkin dia mengenali Song Jihyo? Dahiku mulai dipenuhi keringat dingin.­­
“Heechul-ssi, gwenchana? Heechul-ssi” panggil Riepo sambil menggoyangkan tangannya di depan mukaku.
aku pun tersentak “ ah ne?”
“gwenchana? Kenapa wajahmu memucat?” tanya Riepo, tersirat sedikit kekewatiran diwajahnya.
“ah ne, gwenchana. Aku hanya.. err...  ah tiba-tiba kepalaku sedikit sakit” kataku sambil memijat dahi yang tidak sakit.
“jinja?? Sebaiknya kita pulang saja, kau harus istirahat Heechul-ssi” kata Riepo sambil memanggil pelayan dengan memberikan isyarat pada tangannya.
“ah Riepo-ssi, apakah kau mengenali Song Jihyo?” tanyaku hati-hati sambil memasukkan kertas-kertas ke dalam ransel.
“Siapa? Song Jihyo? Siapa dia?” tanya Riepo sambill membantuku berdiri
“er.. gwenchana Riepo-ssi, aku tak apa-apa. Jadi kau tidak mengenalinya?” tanyaku sambil meninggalkan Cafee.
Riepo tidak menjawab, dia hanya menggelengkan kepalanya. Kami berjalan menuju halte dalam diam. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya maupun aku. aku sibuk dengan pikiranku sendiri, dia pun sibuk dengan batu kerikil yang ditendangnya.
Aku melihatnya sekilas “sepertinya kau sangat tertarik dengan batu itu daripada berbicara denganku, Riepo-ssi” pernyataanku membuatnya sedikit terkejut dan menghentikan kegiatannya.
“aniyo, kau kan sedang sakit aku takut kalau mengajakmu berbicara sambil jalan seperti ini akan membuat kepalamu bertambah sakit” kata Riepo sambil berjalan di pinggir trotoar
“hahaha, tenang saja, ini sudah tidak sakit lagi kok” kataku sambil mengetuk-ngetuk kepala dengan telunjuk. Riepo hanya melihatku sambil tersenyum. Tiba-tiba di terpeleset dan keseimbangannya tak terkendali.
“aaaaakkk!!!”
“hati-hati Riepo-ssi, itu akan membuatmu terluka” kataku sambil menopang badannya yang hampir terjatuh ke jalanan. “gwenchana?”
“ne, gwenchana. Gomawo Heechul-ssi” kata Riepo yang sedikit menunduk. Belum sempat kami kembali berjalan, ada mobil dengan kecepatan tinggi yang menuju ke arah Riepo.
CIIIIIITTT..... suara rem mobil yang memekakan telinga itu berdecit nyaring.
“RIEPO-SSI AWAAS!!” dengan sigap aku memeluk dan mengangkat badan Riepo yang berada di jalan ke atas trotoar.
DUUUAAARRR.... Mobil yang hampir menabrak Riepo tadi menghatam pohon besar di pinggir jalan tepat dua meter di depan ku. Aku melihat asap yang keluar dari kap mobil itu sambil memeluk erat tubuh kaku Riepo. Tubuhnya pun bergetar hebat, lalu sedikit-demi sedikit aku longkarkan pelukanku. Ku pegang bahunya, ku sibakkan rambut yang menutupi wajahnya. “gwenchana, Riepo-ssi?”
Dia tidak menjawab, dia hanya menganguk pelan. Ada tetesan air yang keluar dari matanya dan mengalir deras dipipinya. Kupeluk dia lagi, dan ku usap punggungnya agar dia tenang.
“uljima, uljima Riepo-ssi. Gwenchana, semua baik-baik saja.” Dia masih menangis dipelukanku. Aku melihat banyak orang yang berkerumunan di tempat kejadian. Beberapa orang mulai melirikku dan Riepo. Aku membawa Riepo ke halte terdekat untuk menenangkan dia. Aku membawanya yang masih tersedu di pelukanku melewati mobil itu. Aku melirik kearah mobil tersebut. Aku melihat seorang ahjussi yang sudah tak sadarkan diri di depan stir mobilnya. Disampingnya terdapat botol minuman keras yang sudah pecah. Sampainya di halte aku langsung mendudukkan Riepo di bangku tunggu. Aku berlutut menghadapnya.
“Riepo-ssi, gwenchana?” dia hanya mengangguk mendengar pertanyaanku. Melihat wajahnya yang sudah mulai agak tenang. Aku melihat sekitar halte yang tidak begitu ramai.
Ddrrr~ ddrrr~ handphone ku bergetar, aku duduk di samping Riepo dan melihat Handphoneku. Satu pesan dari Ryeowook adikku.

From : Wookie
Hyung, kau dimana? Mengapa lama sekali kau pulang. Aku sudah memasak makan malam untuk mu, tapi semuanya sudah dingin karena kau lama sekali pulang.
Aku tidak membalas pesannya dan memasukkan kembali handphone ke kantung celana. Aku kembali melihat Riepo yang terduduk disampingku. Aku memperhatikan pakaiannya. Astaga dia tidak memakai pakaian hangat, pasti dia sangat kedinginan. Aku lepaskan jaketku dan ku berikan kepadanya.
“kau pakai saja jaket ini, kau pasti sudah sangat kedinginan” kataku sambil memberikan jaket
“gwenchana Heechl-ssi” dia menolaknya, tapi aku langsung menaruh jaket ini di bahunya.
“kau duduk disini sebentar, aku akan membelikanmu minum di swalayan itu” kataku sambil menunjuk swalayan disebrang halte yang kami duduki.
“gomawo Heechul-ssi, kau sudah dua kali menolongku malam ini” katanya sambil tersenyum
“ah gwenchana, bukannya sesama manusia itu harus menolong. Tubuhmu ada yg terluka? Jika ada, akan ku belikan obat untukmu” tanyaku selidik
“ani, aku baik-baik saja. Tidak ada yang terluka” katanya dan kembali tersenyum.
“baiklah, aku pergi sebentar”
“em” katanya sambil menganggukkan kepala. Aku langsung menyebrangi halte dan menuju ke swalayan. Aku membeli air mineral untuknya dan sebatang coklat. Siwon bilang coklat dapat membuat wanita menjadi tenang, jadi aku membelikannya coklat agar dia tenang.
Belum sempat aku membayar semuanya di kasir terdengar suara dentuman yang sangat keras di luar swalayan. Aku langsung keluar dan melihat kejadian yang luar biasa membuat jantungku berdegup keras. Halte tempat Riepo berada telah ambruk di hantam oleh bus. Entah bagaimana kronologinya aku tak tau. Aku berlari menyebrangi jalan menuju halte yang telah hancur sebagian. Aku melihat banyak orang berkerumun dibagian depan bus. Aku terobos kerumunan itu pelan-pelan. Belum sampai pada barisan depan, aku melihat jaket yang ku berikan pada Riepo tergeletak dengan beberapa bagian terdapat bercak darah. Aku langsung menerobos barisan depan. Betapa terkejutnya aku melihat apa yang telah terjadi. Ku campakkan ransel yang membebani punggungku. Aku mendekatkan diri pada tubuh yang berlumuran darah. Aku berlutut disampingnya, ku usap dahinya.
“Heechul-ssi, gwenchana”
TBC
Maaf ya kalau ceritanya ribet. Hehehe
Aku nulis FF ini terinspirasi sama lagu dan film loh. enggak copas sih cuma ya gitu
hahahhaa gak jelas ya ;p
Jangan lupa komennya ya readers. Makasih ^^

 
FunFiction Blogger Template by Ipietoon Blogger Template